Dari Hobby Menjadi Peluang Bisnis

 12 Januari 2024   

Menu olahan daging babi memang belum terkalahkan di Bali. Olahan berbumbu rempah khas Bali memang tidak pernah gagal untuk memanjakan lidah para penggemarnya. Berawal dari hobi mengolah makanan serta kegemaran makan daging babi sang anak, membuat salah satu warga Banjar Dinas Tengah, Desa Nyuhtebel, wilayah Kawasan Wisata Candidasa, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Bali, ini tidak sengaja terjun menggeluti usaha olahan daging babi.

Drs. I Nyoman Gani, seorang pensiunan Guru Bimbingan Konseling yang terakhir bertugas di SMAN 1 Manggis ini menekuni bisnisnya berawal dari urutan babi. Hingga lama kelamaan berkembang ke menu lainnya seperti Sate babi, sate ayam, sate ikan laut,  Lawar babi, ayam, ikan laut bahkan Menu Gibungan khas Karangasem. Bumbu yang digunakan merupakan racikan yang dikerjakan bersama sang istri, Ni Nengah Sumartini saat itu tidak lagi bisa buka warung berjualan karena warung tempat berjualan tidak lagi kontraknya di perpanjang oleh pemiliknya.

Usaha yang mulai digeluti sejak Pandemi Corona melanda di tahun 2020, hingga saat ini berkembang dengan cukup pesat. “Biasanya orderan masuk setiap menjelang hari raya seperti Galungan, Kuningan dan hari-hari besar lainnya” tutur Gani saat ditemui di kediaman pribadinya. Harga yang ditawarkan untuk menu olahan daging babi, Ayam  juga cukup terjangkau menyesuaikan dengan harga daging di pasaran. Daging yang digunakan juga daging segar yang diambil langsung dari supplier daging yang ada di pasar Ulakan dan sekitarnya

Agar hasil urutan benar – benar berkwalitas baik, daging seberat 10 kg. setelah di olahnya membutuhkan waktu selama 5 jam. Hal itu dilakukan untuk memberikan cita rasa urutan yang lezat sehingga beda dengan urutan lainnya serta tahan tidak cepat basi asalkan tempat penyimpanannya baik.

Saat banyaknya orderan yang masuk, Gani biasanya dibantu oleh Anak, Menantu, Cucu dan keluarga lainnya. Awalnya menu hasil olahannya dipasarkan dilingkup keluarga dan teman-teman dekat saja, dan berkembang dari mulut ke mulut hingga merambah sampai ke Pulau Lombok, Jawa dan Sumatera.

Gani menerapkan system COD serta ambil dirumahnya langsung apabila ada pembeli yang akan membeli produknya. Untuk olahan urutan bisa dipesan langsung hari itu, namun olahan lainnya minimal pesan 2 hari sebelumnya. Tergantung dari jumlah pesanan yang akan dilakukan imbuhnya. Lebih lanjut Gani juga mengatakan bahwa yang dijual bukan hanya olahan matang saja, tetapi yang masih mentah juga seperti, luluh sate lilit, sate asem dan yang lainnya.

Testimoni pelanggan setia urutan Gani, I Gede Nala Antara, Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Denpasar “ Diantara urutan yang pernah saya nikmati, urutan produk Gani yang paling mengena dengan selera saya dan keluarga. Banyak keluarga dekat dan teman saya dari luar Bali seperti Jogjakarta, Bogor dan Jakarta dititipi untuk memesan urutan Gani “ tutur Nala melalui WhatsApp. Lanjut Nala, asal kelahiran Desa Seraya Karangasem tinggal di Denpasar, komposisi bumbu pas banget, tidak terlalu keras bau bumbu rempahnya, komposisi daging lebih dominan sedangkan lemaknya tidak terlalu banyak sehingga urutan tidak terlalu keras tetap lembut walaupun sudah di goreng lagi “.

Sementara itu, pelanggan setia urutan Gani lainnya dari Mataram, Lombok, yang juga Guru Besar Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, kelahiran Amlapura tinggal di Mataram, I Komang Damarjaya yang di hubungi melalui WhatsApp, semua keluarganya di Mataram sangat suka urutan karya Gani karena perbandingan daging dan lemak pas, dan bumbunya mantap. ( Ratna Yulistiani )